Senin, 23 Januari 2012

Pengasuh Pon Pes Lirboyo,KH.Imam Yahya Mahrus Berpulang Ke Rahmatullah

REPUBLIKA.CO.ID,KEDIRI -- Ribuan pentakziah dari berbagai daerah, Ahad (15/1) pagi, memadati mushalla Pondok Pesantren Salafiyah Al Mahrusiyah di Lirboyo, Kediri untuk shalat jenazah pimpinan pondok, KH Imam Yahya Mahrus, yang wafat Sabtu (14/1) malam.

"Kalau yang datang, dari berbagai daerah di Jatim, bahkan ada yang dari luar Jatim. Mereka sudah datang sejak semalam," kata Arif Nur, salah seorang pengurus pondok, Minggu. Ribuan pentakziah juga masih memadati lokasi pondok.



Selain para santri, alumni, juga dihadiri sejumlah kiai besar lainnya, seperti KH Arir dari Demak. Bahkan, Ketua PBNU Said Aqil Siradj, juga datang ke Lirboyo untuk mengungkapkan bela sungkawa.

Sampai saat ini, ada sekitar 21 gelombang shalat jenazah yang diikuti para pentakziah. Mereka mengirimkan doa dan berharap "khusnul khotimah" kepada almarhum.

Yuni, salah seorang pentakziah asal Kediri mengaku sangat kehilangan sosok KH Imam Yahya. Ia adalah pemimpin pondok yang baik, dan sangat perhatian kepada para santrinya. "Beliau sangat sabar, dan setiap kali sepertiga malam selalu membangunkan santri-santrinya," ucap Yuni yang pernah mengabdi di pondok pada tahun 1992 tersebut.



Jenazah dimakamkan di PP Al Mahrusiyah, Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, pada pukul 10.00 WIB, berdasarkan wasiat dari almarhum. Makam itu memang dibuat khusus untuk almarhum.

Pimpinanan PP Lirboyo, KH Imam Yahya Mahrus wafat setelah mendapatkan perawatan di Graha Amerta RSU dr Soetomo, Surabaya. Ia di rawat di rumah sakit Senin (9/1) hingga Sabtu (14/1) malam. Beliau meninggal akibat penyakit komplikasi, di antaranya paru-paru, serta diabetes.

Rektor IAIT Tribakti Kediri ini memang sudah sering masuk dan keluar dirawat di rumah sakit sejak dua tahun lalu. Almarhum meninggalkan seorang istri, bernama Nyai Zakiyah serta enam orang anak.







Kediri (ANTARA News) - Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Imam Yahya Mahrus wafat Sabtu malam setelah sempat dirawat di Graha Amerta, yang merupakan unit khusus Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo Surabaya.



Arif Nur, salah seorang pengurus pondok pesantren tersebut, Minggu dini hari mengemukakan kabar meninggalnya KH Imam Yahya itu.



"Beliau wafat Sabtu sekitar pukul 20.30 WIB, akibat sakit yang dideritanya. Beliau sejak tahun lalu sudah sering masuk dan keluar rumah sakit. Kalau sakit yang dideritanya, dari informasi yang saya dapat terkena tumor paru, diabetes, dan paru-paru basah," kata Arif Nur.



Ia juga mengatakan, sejak kabar wafatnya KH Imam Yahya yang merupakan pengasuh dari Pondok Pesantren Al Mahrusiyah tersebut, para santri baik putra maupun putri sudah langsung membacakan doa-doa untuk arwahnya.



"Para santri sudah langsung membaca surat-surat pendek untuk almarhum, dengan harapan semua dosanya diampuni dan dia `khusnul khotimah`," ucapnya berharap.



Rencananya, kata dia, pembacaan doa itu akan dilakukan hingga satu pekan setelah wafatnya KH Imam Yahya. Kegiatan itu juga dilakukan di lokasi pondok tempatnya mengasuh, Pondok Pesantren Al Mahrusiyah.



Pihaknya menyebut, sekitar 80 persen persiapan untuk menyambut jenazah sudah dilakukan oleh para pengurus. Namun, sampai saat ini belum ada konfirmasi lebih lanjut, tentang lokasi yang rencananya akan dijadikan makam almarhum.



Selain itu, sejumlah keluarga dari Cirebon, Jawa Barat sampai saat ini belum datang semuanya. Mereka adalah keluarga besar almarhum, dan baru dalam perjalanan ke Kediri, setelah mendapat kabar tersebut.



Keluarga belum memberikan keterangan lebih lanjut tentang rencana lokasi yang akan digunakan sebagai makam. Namun, untuk jam pemakaman rencananya akan dilakukan pada Minggu sekitar pukul 08.00 WIB, ucapnya.



Sementara itu, setelah dinyatakan wafat, jenazah langsung dibawa menuju Kediri. Sejumlah ucapan ikut berbela sungkawa serta rangkaian bunga duka cita juga sudah memenuhi lokasi pondok. Namun, sejumlah pejabat dari provinsi sampai saat ini belum ada informasi akan datang, hanya Wakil Gubernur Saifullah Yusuf yang diketahui secara pribadi sudah menyampaikan ikut berduka cita.

(T.KR-SAS/Z002)





TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Imam Yahya Mahrus wafat Sabtu (14/1/2012) malam setelah sempat dirawat di Graha Amerta, yang merupakan unit khusus Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo Surabaya. Arif Nur, salah seorang pengurus pondok pesantren tersebut, Minggu (15/1/2012) dini hari mengemukakan kabar meninggalnya KH Imam Yahya itu.

“Beliau wafat Sabtu sekitar pukul 20.30 WIB, akibat sakit yang dideritanya. Beliau sejak tahun lalu sudah sering masuk dan keluar rumah sakit. Kalau sakit yang dideritanya, dari informasi yang saya dapat terkena tumor paru, diabetes, dan paru-paru basah,” kata Arif Nur.

Setelah dinyatakan wafat, jenazah langsung dibawa menuju Kediri. Namun, sampai saat ini belum ada konfirmasi lebih lanjut, tentang lokasi yang rencananya akan dijadikan makam almarhum.

Sejumlah ucapan ikut berbela sungkawa serta rangkaian bunga duka cita juga sudah memenuhi lokasi pondok. Namun, sejumlah pejabat dari provinsi sampai saat ini belum ada informasi akan datang, hanya Wakil Gubernur Saifullah Yusuf yang diketahui secara pribadi sudah menyampaikan ikut berduka cita.





TEMPO.CO, Kediri - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof DR KH Said Agil Siradj melepas pemberangkatan jenazah KH Imam Yahya Mahrus di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Ahad, 15 Januari 2012. Ribuan santri dan ulama berebut melakukan salat jenazah hingga 30 kali.



Sejak disemayamkan di musala Al-Mahrusiyah Lirboyo tadi malam, gelombang pelayat dari berbagai daerah terus mengalir. Mereka antre untuk melakukan salat jenazah dan mendoakan almarhum. Bahkan, hingga pemberangkatan jenazah pukul 10.20 WIB, pelaksanaan salat jenazah yang dilakukan berjemaah mencapai 30 kali. Said Agil sendiri tampak mengikuti salat jenazah pada gelombang ke-29 sesaat sebelum jenazah diberangkatkan.



Kepada para pelayat, Said Agil yang ditunjuk memberikan doa pelepasan jenazah mengatakan Kiai Imam masih memiliki ikatan saudara dengannya. "Beliau adalah kakak misan saya," kata Said, Minggu, 15 Januari 2012.



Kepergian Kiai Imam, menurut dia, adalah pukulan pagi perjuangan Nahdlatul Ulama. Almarhum memiliki semangat taklim dan bermasyarakat yang tinggi hingga kerap mengabaikan kondisinya yang sakit-sakitan. Said mengisahkan ketika Kiai Imam tiba-tiba menghadiri rapat antar-pengurus pondok pesantren atau Robitoh Mahad Islamiyah (RIM) di Jakarta dengan selang yang masih menancap di lambungnya. "Benar-benar pejuang Islam," kata Said.



Adik almarhum, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, mengatakan Kiai Imam sudah cukup lama menderita berbagai penyakit. Namun, karena kegigihannya untuk perjuangan, dia tetap menjalankan aktivitas pesantren dan pendidikan. "Mohon doa semoga Bu Nyai (istri Kiai Imam) diberi kesabaran," katanya.



Ribuan santri mengantar kepergian jenazah dari Pondok Pesantren Lirboyo menuju pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Al-Mahrus di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Mereka diangkut dengan sejumlah truk milik Kepolisian Resor Kediri Kota ke lokasi pemakaman yang berjarak empat kilometer dari pondok. Sejumlah kiai hadir dalam pemberangkatan jenazah. Di antaranya KH Maimun Zuber dari Rembang, KH Masduki dari Malang, KH Aziz Mansur dari Jombang, dan KH Nurul Huda Jazuli dari Ploso.



Wakil Presiden Boediono tampak mengirimkan karangan bunga ke rumah duka sebagai bentuk duka cita.







Dalam blog ini