Kamis, 11 Maret 2010

GEJOLAK HATI

Gejolak tak menentu ini kembali datang, bukan rapuh, ragu, psimis apa lagi putus asa. Tapi saya kira ini hanya sebuah siklus yang lumrah menyapa kepada siapapun yang sedang berproses. Karena seluruh rangkaian hidup di dunia ini hanyalah sebuah proses, jadi saya kira selagi paru-paru kita masih berfungsi untuk bernafas, jantung masih berdetak untuk memompa darah, disitu berarti nadi kehidupan masih berdetak dalam diri kita, maka jangan pernah bermimpi untuk menghindar dari berbagai gejolak hati, yang terus menemani kita dalam mengarungi dinamika hidup ini. Suka,duka, tawa, tangis, sedih, senang, cinta,benci,emosi, semua itu akan terus mengiringi kehidupan manusia tak terkecuali siapapun mereka. Saat seperti ini, saat gundah menyeruak dalam kalbu seperti sekarang ini, ceramah KH.Hadzik Mahbub dalam acara maulid nabi di Pondok Cabe,Tangerang (21 Feb.2010) semakin terngiang jelas. Kyai yang alumni Lirboyo sekaligus salah satu menantu dari pendiri NU Hadratussyekh Hasyim Asy’ari itu mengatakan “Hidup itu mahal, namun tidak ada yang mengerti harga mahal hidup itu kecuali mereka yang sudah terbujur kaku di apit oleh dua batu nisan,Sehat itu mahal, namun tidak ada yang mengerti harga mahal sehat itu kecuali mereka yang sedang terbaring di ranjang-ranjang putih rumah sakit”.
Yupz,,,,,,,,TUL.....begitu bisik hatiku saat itu, kemudian imajiku mencoba menafsiri lebih jauh dari kalimat yang dikatakan kyai Hadzik itu. Ohhhhhhh........jadi begitu yah......saya termangu, bahwa untuk bisa merasakan betapa nikmatnya sehat ternyata hadirnya sakit sangat diperlukan disana, owh.... untuk merasakan betapa nikmatnya perut terisi ternyata pengalaman lapar yang menusuk-nusuk (plus tidak punya duit tentunya) sangat dibutuhkan disana, untuk bisa merasakan nikmatnya kemenangan ternyata kekalahan sesekali sangat membantu disana, untuk bisa merasakan betapa mahal harga keutuhan kedua orang tua, ternyata hanya para yatim,piatau,atau para korban perceraian orang tua saja yang bisa merasakan betapa mahalnya keutuhan orang tua dalam sebuah rumah. Dari sini saya juga teringa seorang tokoh, Abyya HAMKA begitu beliau sering disebut namanya, tokoh sentral Muhammadiyyah yang ‘alim itu pernah menulis dalam bukunya “ bagaimana mungkin mereka akan mengasihi orang-orang yang kelaparan, sedang mereka sendiri belum pernah merasakan betapa sakit dan menusuknya rasa lapar, bagaimana mungkin mereka akan menyayangi orang-orang miskin, sedang mereka belum pernah merasakan pahitnya kemiskinian?”. Disinipun saya tertegun dengan tilisan abuyya HAMKA itu, yah....betul sekali Abuyya itu, saya jadi berfikir mundur menerawang jauh membayangkan empat belas abad yang silam di era Rasulullah. Pantas saja Rasul memilih miskin dalam hidupnya, dan ini benar-benar way of life rasul, yapz...ini benar-benar jalan hidup yang dipilih rasul. MISKIN,bukan miskin karena terpaksa menggapai kaya tidak kesampaian, rsaul berulang kali ditawari gunung uhud akan beruabah menjadi emas kalau rasul mau, tapi rasul memang memilih miskin sebagai pilihan hidupnya, sampai-sampai rasul bermunajat, bertengadah dan berdo’a
“Allahumma Ahyinii Miskiinan, wa Amitnii Miskiinan,Wahsyurnii Fii Zumrati
al Masaakiina Yauma al Qiyaamati”
Ya Allah..hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, serta kumpulkanlah aku besok dihari kiamat bersama golongan orang-orang yang miskin.
Mengutip hadits itu, saya jadi teringat dengan Gus Mus sapaan akrab Dr.KH. Musthafa Bisri,pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thalibin Rembang Jateng, beliau pernah diundang ceramah oleh Pondok Pesantren Terpadu Arrisalah Lirboyo Kediri ( maaf tahunnya lupa, bisa konfirm tuh ke Arrisalah), Gus Mus menceritakan dihadapan ribuan hadirin yang hadir memadati Aula Al Muktamar Lirboyo, termasuk ada ratusan para kyai disana, bahwa rasul pernah berdoa: “Allahumma Ahyinii Miskiinan, wa Amitnii Miskiinan,Wahsyurnii Fii Zumrati al Masaakiina Yauma al Qiyaamati”, Gus Mus dengan logat dan gaya beliau yang khas menantang hadirin ( termasuk ratusan para kyai tentunya) , sekarang saya mau tanya, siapa hadirin yang berani bermunajat berdoa seperti doanya rasul tadi???????
Hahahahahaha.......( dalam hati saya) saat itu saya tersenyum kecil, tapi hati saya tertawa terbahak-bahak,lucu kah??, saya benar-benar tergelitik, Gus Mus selalu ada yang sensasional menurut saya, disitulah harkat ke-kyai-an para kyai ditanyakn ulang oleh hati mereka masing-masing tentunya, karena ini urusan personal masing-masing para kyai dengan Allah, tidak berhak seseorang menghakimi, menjustis, atas jalan hidup yang dipilih oleh orang lain. Karena begitu banyak hal yang tampak dimata, tapi sebenarnya bukan itu sebenarnya yang terjadi. Disinilah pentingnya ber husnudzan, berpositif thingking pada orang lain, sampai-sampai al maghfurlah KH. Marzuki Dahlan salah satu diantara Tiga Tokoh legendaris Pondok Pesantren Lirboyo berwanti-wanti ( pesan dengan amat sangat) pada para santrinya untuk tetap menjaga husnudzan pada orang lain, sampai-sampai kalau ada muda mudi berdua dalam satu becak sekalipun, kita harus berhusnudzan kalau mereka adalah pasangan suami istri (bukan pacaran), (lho...?pacaran dosa tah kang??) (Tanyakan saja pada hati kita yang paling dalam).
Rasul memang pemimpin sejati, beliau tidak hanya berretorika belaka, beliau menyeru santunilah anak yatim, beliau juga mersakan sendiri betapa rindunya seorang anak yatim terhadap keutuhan kasih sayang dari kedua orang tua secara utuh, betapa ada rintihan psikologis bagi mereka-mereka yang hidup ditakdirkan dalam keadaan yatim, beliau menyerukan bersedakah, zakat, terhadap kaum fakir miskin, beliau juga merasakan sendiri betapa sakitnya rasa lapar itu, betapa banyak hal yang tidak bisa terjangkau oleh fakir miskin walau mungkin itu hal yang dianggap sepele oleh mereka-mereka yang ketepatan ditakdirkan Allah dalam keadaan berkecukupan.
Dus.......nikmati saja apa yang sedang terjadi sekarang, sembari meraba pada diri sendiri, sudah over kah rasa sombong kita dengan apa yang ada disisi kita, cantik, ganteng, pinter, genius, atau sejuta prestasi maupun prestise yang berhasil kita usung??? Maka siap-siaplah kita untuk menangis -tangisan darah bahkan- karena penyesalan atas keangkuhan kita yang pada hakikatnya itu adalah kebodohan kita yang amat nyata. Dan siapapun yang sekarang dalam posisi pahit, terhimpit, hadapi saja dengan keluasan sanubari, toh malam tak selamanya bersemayam, berthanlah rintihan doa disaat-saat seperti itu sungguh sangat nikmat rasanya, dan Allah sangat suka atas keintiman kita dengan-Nya.
Akhir tulisan, apapun tidak ada yag perlu dirisaukan dalam hidup kita ini, kecualai kualitas akhlak kita dengan sesama yang arogan, atau kualitas akhlak kita dengan Tuhan yang tak tahu diri atas kerendahan kita disisi-Nya.

Ciputat, 11 Maret 2010

Senin, 08 Maret 2010

Duh Gusti....

Duh Gusti...
Dua kata yang mengekspresikan keluh kesah...yah keluh kesah seorang hamba yang kecil pada dzat yang maha agung, keluh kesah seorang hamba yang lemah pada dzat yang maha kuat, keluh kesah seorang hamba yang membutuhkan pada dzat yang mencukupi segala kebutuhan...
Duh Gusti...
Saya dibuat letih dengan melihatnya,
penglihatan yang penuh dengan ketidak pastian,
penglihatan yang membuang energi,
penglihatan yang penuh dengan kewas-was-an

Duh Gusti....
Mau kemnakah sebenarnya alur drama kehidupanku ini akan Engkau arahkan...
aku tak mengerti...
aku bingung..
aku lelah....
namaun aku akan tetap menjalani...
menjalani apa yang Engkau titahkan pada kami
termasuk titah hati yang semakin tak menentu ini..
fathullah area
Ciputat, 08 Maret 2010
buatmu:purnamaku

Senin, 01 Maret 2010

Judul: Prof. Dr. Wahbah Zuhaili ke Lirboyo

"Sekitar tanggal 18-21 Maret, Insyaallah Prof. Dr. Wahbah Zuhaili (ulama besar dari Syria) akan berkunjung ke Pesantren Lirboyo. Kepastian tanggal masih menunggu konfirmasi dari pihak Pesantren. Kunjungan beliau, selain dalam rangka silaturahmi juga untuk lauching buku Fiqih Imam Syafi'i (terbitan Almahira) karya beliau yang diterjemahkan dan diedit oleh santri alumni Lirboyo yang tergabung di FORMAL (Forum Mahasiswa dan Santri Alumni Lirboyo)."

Dalam blog ini